Skip to main content

SOLUTIP

 SOLUTIP


Ada yg sudah menyaksikan film pendek yang sedang up berjudul "TILIK"? film yang menggambarkan realita ibu-ibu sosialita yang julid dengan tetangga. Saat ini dunia media sosial digemparkan oleh sesosok makhluk yang gemah gemulai peragaiannya bernama Bu Tedjo. Beliau adalah satu dari pemeran film karya anak bangsa yang berdurasi 32:34 menit dengan judul Tilik. Filem Tilik adalah Film pendek Jogja yang diproduksi Ravacana Films dengan Dinas Kebudayaan DIY. Filem Tilik  tersebut sebenarnya diproduksi sejak 2018 namuan pada bulan Agustus 2020 telah  berhasil merebut perhatian warga net dan akhir-akhir ini telah menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Salah satunya karena isi dari cerita tersebut erat di masyarakat yaitu tentang ghibah, gosip atau desas-desus.

"Tilik" sendiri dalam bahasa Jawa memiliki makna "menjenguk". Film Tilik memang menceritakan perjalanan sekelompok ibu-ibu yang tinggal dalam satu desa untuk menjenguk kepala desa yang tengah dirawat di rumah sakit. Mendengar kabar bahwa kepala desa sedang sakit, sontak masyarakat desa di kawasan Jogja beramai-ramai pergi ke rumah sakit menggunakan transportasi seadanya. Karena biasanya masyarakat desa  jika ada salah satu warga/tetangga yang sakit mereka langsung tilik dengan mengunakan trasportasi seadanya. Pokok yang disitu ada yang trasportasi yang longgar ia dipakek, pas itu yang ada Truk milik salah satu warga yang bernama Gotrek. Akhirnya mereka pergi kerumah sakit mengunakan truk milik Gotrek. Adapun  masyarakat yang ikut Tilik kira-kira sejumlah 10 orang berdiri di bak truk selama perjalanan ke rumah sakit.

Dalam perjalanan menjenguk (tilik) Bu Lurah di Rumah sakit di kota, beberapa warga berdebat tentang siapa yang bakal mempersunting Dian. Perjalanan “tilik” menjadi penuh gosip dan petualangan bagi para warga desa yang naik truk tersebut. Bu Tedjo menjadi pusat perhatian karena perannya sesuai dengan keadaan di masyarakat. Ia menjadi ikon ibu-ibu dengan aktivitas ghibah, gosip atau desas-desus.  Selain Bu Tedjo ada juga Yu Ning yang tak kalah penting dalam berargumen bahwa sesuatu hal yang belum ada buktinya tidak bisa didiagnosa sebagai kebenaran. Tapi inilah dunia seburuk apapun Bu Tedjo pasti ada saja pengikutnya seperti tokoh Yu Sam, Bu Tri dan lainnya. 

Sesungguhnya film ini mengajak penontonnya untuk bersikap kritis terhadap media yang ada di internet. Bahwa internet diciptakan oleh orang pintar sekalipun kita harus tetap waspada. Sebab tidak semua berita, informasi dan pengetahuan yang ada di internet bersifat kredibel, kita perlu memverifikasinya. Terutama soal kehidupan orang lain yang kita sendiri tidak tau banyak hal tentang mereka. Maka alangkah baiknya kita memperhatikan diri sendiri, muhasabah dan introspeksi. Selain itu dalam cerita penggiringan opini Bu Tejo atas Dian dan keterlibatan bapaknya adek Fikri seakan menegaskan bahwa satu-satunya hal paling penting  dalam kehidupan adalah relasi pernikahan. Stigma perawan tua (subjektifitas lingkungan) kerap dijadikan barometer kegagalan perempuan bahagia, lepas dari prestasi, kebajikan ataupun tanggungjawabnya. Padahal menikah hanya satu alternatif bahagia bukan satu satunya kebahagiaan. Perspektif perempuan atas perempuan lainnya sejak awal menempatkan perempuan dalam gelanggang persaingan bukan relasi sesama perempuan. Yu Ning yang mempertahankan argumennya dengan bela mati-matianan tidak sebaik yang  dipikirkan, representatif dengan keseharian Dian, sebaik apapun Yu Ning berargumen jika tidak didukung lingkungan yang memadai maka tak punya kendali atas argumen yang Yu Ning utarakan dan  kebanyaan juga akan tersisih, terpinggir, hilang. 

Dari filem tersebut dapat diambil sebuah muhasabah diri dimana menjadi Bu Tejo atau Yu Ning, itu bukan takdir, melainkan pilihan hidup. Kita mampu improvisasi bawaan karakter, dan memiliki kesempatan evaluasi setiap harinya. Sama halnya kita memiliki keinginan kuat untuk menjadi penulis dima segala hal dan cara kita tempuh. Karena kita dalah bagian dari pelaku sejarah atas pilihan hidup yang tak bisa dipaksa, lahir dari kesadaran, evaluasi-aksi. Jadi, tentukan pilihanmu, cukuplah menjadi figuran, saatnya menjadi pemain utama.

Tulungagung, 22 Agustus 2020

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

OKTOBER

  OKTOBER   Oktober dalalah bulan mulia Bulan dimana resolusi jihad dikumandangkan Tepat dua puluh dua oktober tahun empat lima Resolusi jihad telah berkobar didada Dua puluh dua hari dimana semangat umat Islam bergelora Seruan resolusi jihad K.H. Hasyim Asy’ari mengema diudara Mengema mengambil alih tanah jajahan Jepang tanah kita Perang Dunia II menyisakan malapetaka Hari ini hari peringatan sejarah seruan jihad nusantara Hari merdeka nusa dan bangsa Hari lahirnya santri nusantara Jayalah bangsa ku jayalah negriku nusantra Merdeka (Sai)   Pagi yang cerah beriring awan putih yang suci mengiringi langkah para santri untuk menuju kemedan perang peringatan resolusi jihad. Dimana tempat itu adalah lapangan upacara. Sungguh indah hari ini terlihat dari raut wajah mereka yang memiliki semangat juang berapi-api tinggi. Mereka antusias dalam memperingati hari bersejarah khususnya bagi kaum santri dan masyarakat pada umumnya. Hari Ini, 22 Oktober 2020, adalah peringatan Hari Santri N

SANG LEGENDA CABANG

  SANG LEGENDA CABANG      Beliau adalah seorang tokoh pegiat literasi sahabat pena kita cabang tulungagung yang sangat getol dalam mengingatkan para pelanggan yang jarang bayar upeti kepada tetua grup. Dimana beliau sangat telaten menabur benih-benih kasih sayang pada sesamanya, setiap hari beliau tak jarang kalo tak mengoda iman.....para pelangan kesayangannya.       Waktu itu ada beberapa pelangan yang kena teguran termaskuk aku..... "aduh aku jadi malu deh.... kenapa kok malu? Karena aku tuh ya kalo di jampi-jampi sama kang thoriqul suka lupa, padahal beliau juga sudah menuliskan resep males berkreasi menulis untuk di tebus di apotek. Tapi apalah daya uang pun hanya sebatas garis lurus yang bertepi, itupun hanya berapa rupiah yang menjelma dalam bait-bait kalimat.       Segala upaya apa pun sudah aku tempuh tapi sayang sungguh di sayangkan, niat untuk menulis pun tak kunjing datang, alasanya entar masih pagi, entar masih siang, entar sore sampek malemnya ehhh.... kok malah sib

K.H. Asrori Ibrohim Pendiri Pondok Pesantren Panggung Tulungagung

K.H. Asrori Ibrohim Pendiri Pondok Pesantren Panggung Tulungagung K.H. Asrori Ibrohim adalah salah satu tokoh ulama Tulungagung sekaligus   pendiri   pondok pesantren Panggung Tulungagung, K . H. Asrori Ibrahim seorang ulama’ yang faqih, ‘abid, sederhana ‘alim ‘allamah yang sudah bergelut dengan getir dan pahitnya perjalanan kehidupan. K . H. Asrori Ibrahim terkenal dengan kesabarannya dalam memecahkan sebuah masalah yang dihadapi pada kala waktu itu, K . H. Asrori Ibrahim orangnya suka bersilaturahmi kesantri-santrinya dan masyarakat sekitar. [1] Keagungan seorang kiai yang benar-benar dekat dengan Allah Swt, hingga akhir hayatnya pun akan terus terkenang sepanjang masa dan akan terus terasa hidup bagi mereka yang mencintai dan menyayangi kekasiah Allah Swt. Dalam kitab Baghyatul Mustarsyidin halaman 97, diterangkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : Barangsiapa mencatat biografi seorang mukmin maka sama halnya ia menghidupi kembali orang mukmin tadi, barangsiapa membaca b